CT Scan Payudara Dapat Memperbaiki Kenyamanan Tes Screening Kanker

breast-ct-scannerPara peneliti meneliti sistem yang didesain untuk diagnosa sebagai cara untuk mengobati penyakit.

CT scan payudara, telah digunakan dalam eksperimen untuk mendiagnosa kanker payudara, juga dapat mengobatinya sekaligus, para peneliti California melaporkan.

“CT  scan payudara lebih baik dibandingkan mammografi untuk mendeteksi massa,” kata John Boone, wakil ketua peneliti radiologi di University of California Davis. Dia mempresentasikan informasi tentang potensi CT scan untuk pengobatan minggu ini di American Association of Physicists dalam  pertemuan kedokteran, di Anaheim, Calif.

Sejak 2004, Boone telah memimpin kelompok peneliti UC Davis dalam mengembangkan CT scan untuk diagnosa kanker payudara pada wanita. Kelebihan teknologi ini termasuk menjadi lebih nyaman daripada mammogram konvensional tetapi juga sama amannya.

Lebih dari 200 wanita telah discan dengan prototipe CT scan berdesain biasa, katanya. Teknologi ini belum digunakan dalam praktik klinik tetapi hasil awal nampaknya bagus. “CT payudara masih tahap eksperimen untuk diagnosis,”katanya. Tetapi telah terlihat lebih efektif daripada mammography konvensional dalam mendeteksi massa di payudara.

Usaha  lebih banyak diperlukan untuk dilakukan dalam menemukan mikrokalsifikasi, bintik calsium yang sangat kecil yang tidak selalu berarti adanya kanker tetapi memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, dia menambahkan.

Selanjutnya, Boone berharap untuk menggunakan CT scan payudara sebagai pedoman bagi prosedur intervensi seperti robotic biopsy, radiofrequency ablation dan cryoablation untuk terapi kanker payudara.

Dengan CT scan payudara seorang perempuan berbaring pada perutnya, wajah menghadap ke bawah ke arah meja sementara payudara terjuntai melalui lubang di meja; CT scan kemudian berotasi mengelilingi payudara. Posisi ini dianggap lebih nyaman, khususnya bagi wanita berpayudara besar.

Boone mengharapkan bahwa CT scan baru dapat digunakan untuk melakukan terapi dengan pedoman imaging seperti teknik yang dikenal dengan radiofrequency ablation. “Teknik ini memanaskan jaringan, memasak tumor dan membunuhnya,” katanya. Ini akan membantu beberapa wanita menghindari lumpectomy dan terapi radiasi lanjutan.

“Konsepnya bagus,” kata Dr. Chika Madu, asisten profesor radiasi oncology di Georgetown University Hospital di Washington, D.C.

Tetapi dia menambahkan sebuah keberatan bahwa tingkat energi yang dibicarakan Booney harus ditetapkan. “Ini mungkin akan dihargai dngan peningkatan toksisitas terhadap kulit,”ujarnya.

Teknik ini mungkin tidak akan bekerja pada semua kanker  atau semua wanita, dia menambahkan. “Pada wanita berpayudara kecil, payudaranya yang masuk ke lubang tidak cukup untuk diterapi,” katanya. Kanker yang dekat dengan dinding dada dari pada ke puting mungkin tidak dapat diterapi dengan teknik ini, katanya.

Namun begitu, Madu mengatakan, “saya rasa ini berharga untuk dicari tahu”

Penelitian Boone sebagian didanai oleh industri, termasuk Varian Medical Systems, Fuji Medical Systems dan Hologic Corp.

Dalam presentasi lain pada pertemuan yang sama, Michael O’Connor, seorang profesor fisika radiologi di Mayo Clinic, Rochester, Minn., melaporkan molecular breast imaging (MBI), suatu teknik baru yang menggunakan kamera gamma yang didesain untuk imaging payudara.

“Alat ini terlihat agak menyerupai suatu unit mammography,”katanya. Sejumlah kecil radioisotop diberikan secara intravena dan akan diserap oleh tumor apa pun di payudara, katanya.

Pada penelitian dengan 1.000 pasien, mammography mendapatkan 3 kanker tetapi MBI mendapatkan 10, katanya.

Selanjutnya, O’Connor mengharapkan pengurangan dosis radioisotop dan mulai suatu uji klinis. Teknik ini diharapkan terutama bermanfaat bagi wanita dengan payudara tebal/padat, bagi mereka yang dengan mammography tidak cukup akurat dalam mendeteksi kanker.

Usaha untuk menemukan cara dalam  mendeteksi kanker kecil yang tidak dapat dirasakan dalam pemeriksaan seharusnya terus berlanjut, kata Dr. Gary Whitman, seorang profesor radiologi di M.D. Anderson Cancer Center, Houston. Penelitian-penelitian lain menyarankan diperbolehkannya penggunaan MBI, katanya, tetapi penemuan O’Connor “perlu dikonfirmasi”.

Sumber: http://www.healthfinder.gov