Empat Pencopet Kecil (3)

“Malem, Bos.. Urusan semua dah beres , Bos. Tinggal jalan aja, nunggu komando Bos.” Laki-laki sangar yang mengambil minuman gadis kecil itu menyapa laki-laki gemuk berpenampilan perlente.

“Dari mana saja kamu..?! Aku nungguin sampe lumutan. Kamu kira aku penganguran kayak kamu. Aku banyak urusan, Bego!” bentak laki-laki perlente yang dipanggil Bos itu.

“Maaf, Bos… soalnya tadi saya juga lama nungguin si Boris.. Bos kan tau dia yang paling paham rutenya”jelas laki-laki itu sambil menyerahkan pocari hasil rampasannya kepada si Bos.

“Ahh… Udah ga usah banyak bacot! Sekarang mana rancangan yang kalian buat?” ujar si Bos seraya membuka kaleng minumannya.

Laki-laki itu buru-buru mengambil secarik kertas dari balik jaket blue jinsnya dan menyerahkannya pada si Bos. Bos membuka lipatan kertas itu dan bergerak mendekat ke arah lampu taman di sebelah kirinya. Ia tampak serius mempelajari tulisan pada kertas itu.

Laki-laki preman itu duduk di sebelah laki-laki berjaket kulit yang sedari tadi diam saja dan mengambil sebatang rokok djarum black.

“Coro, lu gimana sih.. Emang lu nggak kasih tau Bos, tadi.. Kena semprot deh, gue. Dasar bego lu!” bentak preman berjaket blue jins pada preman yg berjaket kulit, padahal wajah preman yang berjaket kulit terlihat lebih garang darinya. Brewok hampir memenuhi seluruh wajahnya. Badannya pun lebih besar dan kelihatan lebih berotot.

“Sory Bos.. tadi saya dah ngomong ke Bos besar.. Bos besarnya aja yang rewel” kata preman brewok. Siapa pun orangnya pasti kaget mendengar suara preman brewok ini. Suaranya ngondek abis…Pantas saja preman yang berjaket blue jins berani memaki-maki dia. Ternyata bencong… Oalah…

Korek api dinyalakan preman bencong itu dan disulutnya rokok yang telah menyelip di bibir preman berjaket blue jins.

Si Bos akhirnya selesai membaca isi kertas itu. Ia tersenyum senyum, nampak puas. Ia kembali duduk di kursi taman di samping dua laki2 preman.

“Good. Dengan rencana seperti ini, mestinya semua akan berjalan lancar. Tapi awas ya, kalau sampai semua jadi kacau gara-gara kalian!” ancam si Bos sambil meraih sebatang djarum black dan menyalakannya. Sesaat dia terdiam, seperti memikrkan sesuatu. Kemudian Ia mengambil HP dari pinggangnya dan memencet sebuah nomor. Sekarang si Bos nampak asik terlibat dalam obrolan yang kelihatannya tidak begitu serius. Sesekali ia tertawa terbahak-bahak. Sepertinya ia mengobrol dengan seorang wanita. Sementara preman bencong brewok sibuk memijit punggung preman jaket blue jins.

Tiba-tiba dua bocah laki-laki muncul di hadapan mereka.  Mereka adalah Darnoto dan Bagus. Bagus menenteng sebuah gitar sementara Darnoto memegang sebuah botol plastik kecil berisi pasir.

(to be continued…)

Ditulis dalam story. Tag: , , , , . 2 Comments »